السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
اَلْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِيْ كَانَ بِعِبَادِهِ خَبِيْرًا بَصِيْرًا، تَبَارَكَ الَّذِيْ جَعَلَ فِي السَّمَاءِ بُرُوْجًا وَجَعَلَ فِيْهَا سِرَاجًا وَقَمَرًا مُنِيْرًا. أَشْهَدُ اَنْ لاَ إِلَهَ
إِلاَّ اللهُ وأََشْهَدُ اَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ ورَسُولُهُ الَّذِيْ بَعَثَهُ بِالْحَقِّ بَشِيْرًا وَنَذِيْرًا، وَدَاعِيَا إِلَى الْحَقِّ بِإِذْنِهِ وَسِرَاجًا مُنِيْرًا. اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَيْهِ
وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كَثِيْرًا. قَالَ الله تَعَالَى يَا اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا اتَّقُوْا اللّٰهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ.
صَدَقَ اللّٰهُ الْعَظِيمْ.
Ikhwani wa Akhwati Fillahi Rahimakumullah
Pertama-tama, sudah seharusnya kita sebagai hamba Allah mensyukuri apa yang telah
diberikan olehNya, karena tak layak dan tak pantas bagi seorang hamba itu mengkufuri ni’mat
yang telah dilimpahkan kepadanya. Karena jika satu ni’mat saja dicabut olehNya, maka sudah
barang tentu hal itu akan menyulitkan seorang hamba. Maka wajar saja jika Allah SWT
memerintahkan hambaNya supaya bersyukur kepadaNya, Allah berfirman :
فَاذْكُرُوْنِيْٓ اَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْا لِيْ وَلَا تَكْفُرُوْنِ ࣖ
- “Maka ingatlah kepada-Ku, Aku pun akan ingat kepadamu. Bersyukurlah kepada-Ku,
dan janganlah kamu ingkar kepada-Ku.” (Q.S. Al-Baqarah: 152)
Dan Allah juga berfirman,
لَىِٕنْ شَكَرْتُمْ لَاَزِيْدَنَّكُمْ وَلَىِٕنْ كَفَرْتُمْ اِنَّ عَذَابِيْ لَشَدِيْدٌ
“Sesungguhnya jika kamu bersyukur, niscaya Aku akan menambah (nikmat) kepadamu,
tetapi jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka pasti azab-Ku sangat berat.” (Q.S. Ibrahim
: 7)
Kedua kalinya, Shalawat dan Salam semoga tetap tercurah limpahkan kepada Nabi
Agung kita, Teladan kita, Pemberi Syafa’at kita, Nabi Muhammad SAW. Seorang yang wajib
bagi kita untuk meneladaninya, karena tiada idol-idol di luar sana yang bisa menandingi
keteladanannya, tiada yang dapat mengalahkan kesempurnaan fisik dan akhlaqnya, sehingga
tak heran beliau adalah sebaik-baik manusia, yang syafa’atnya sangat diharapkan dan dinanti
oleh ummatnya. Begitu juga dengan keluarganya, para sahabatnya, tabi’in, tabi’ut tabi’in, dan
juga orang-orang yang Istiqomah berada di jalan tuntunannya hingga hari qiyamah kelak,
mudah-mudahan kita termasuk kedalam golongannya. Allahumma Aamiin…
Ikhwani wa Akhwati Fillahi Rahimakumullah
Kalau kita berbicara tentang ghirah atau cemburu, kira-kira apa yang muncul dalam
benak kita? Mungkin kebanyakan diantara kita berpikir tentang cemburunya seseorang
terhadap pasangannya, seorang suami terhadap istrinya, seorang laki-laki terhadap wanitanya,
maupun sebaliknya. Ya, kebanyakan dari kita hanya berpikir tentang cemburunya seorang
makhluk saja. Namun, sadarkah kita bahwasannya Tuhannya seluruh makhluk, Tuhannya
semesta alam, Allah SWT ternyata juga memiliki sifat ghirah, yaitu sifat cemburu. Rasulullah
SAW bersabda,
إِنَّ اللَّهَ يَغَارُ وَغَيْرَةُ اللَّهِ أَنْ يَأْتِيَ الْمُؤْمِنُ مَا حَرَّمَ اللَّهُ
“Sesungguhnya Allah itu cemburu dan kecemburuan Allah adalah ketika seorang mukmin
melakukan perbuatan yang diharamkan oleh Allah SWT.” (Muttafaqun ‘Alaih)
Dan cemburunya Allah itu Ikhwani wa Akhwati Fillah Rahimakumullah sekalian, jauh lebih
besar dan lebih kuat daripada cemburunya seorang makhluk. Sebagaimana sabda Nabi SAW
yang artinya, “Tiada satupun yang lebih besar cemburunya daripada Allah, dan diantara
kecemburuanNya adalah Dia mengharamkan perbuatan yang keji, baik yang nampak
maupun tersembunyi.” (H.R. Muslim)
Adapun cemburunya Allah SWT adalah Allah tidak mau dan tidak ridho apabila seorang
hamba itu menyekutukanNya dengan suatu apapun dan enggan beribadah kepadaNya. Kalau
kita ditanya bagaimana rasanya ketika mohon maaf pasangan kita, suami kita, istri kita, atau
orang yang kita cintai itu menduakan kita? Sakit hati kan? Pasti ndak enak kan? Sama, begitu
juga dengan Allah SWT, ketika seorang hamba itu menduakan Allah, tidak beribadah
kepadaNya, dan tidak taat kepadaNya, bahkan menyukutukanNya, durhaka terhadapNya,
maka hati-hati Allah akan cemburu terhadap apa yang dilakukan hambanya tersebut.
Dan Allah juga mengharamkan segala perbuatan keji baik itu nampak maupun
tersembunyi, perbuatan zhalim tanpa alasan yang benar, dan melarang hambaNya
membicarakan tentang Allah apa yang tidak diketahuinya, Maha Sempurna Allah, Allah
SWT berfirman,
قُلْ اِنَّمَا حَرَّمَ رَبِّيَ الْفَوَاحِشَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ وَالْاِثْمَ وَالْبَغْيَ بِغَيْرِ الْحَقِّ وَاَنْ تُشْرِكُوْا بِاللّٰهِ مَا لَمْ يُنَزِّلْ بِهٖ سُلْطٰنًا وَّاَنْ
تَقُوْلُوْا عَلَى اللّٰهِ مَا لَا تَعْلَمُوْنَ
“Katakanlah (Muhammad), “Tuhanku hanya mengharamkan segala perbuatan keji yang
terlihat dan yang tersembunyi, perbuatan dosa, perbuatan zalim tanpa alasan yang benar,
dan (mengharamkan) kamu mempersekutukan Allah dengan sesuatu, sedangkan Dia tidak
menurunkan alasan untuk itu, dan (mengharamkan) kamu membicarakan tentang Allah apa
yang tidak kamu ketahui.” (Q.S. Al A’raf : 33)
Ikhwani wa Akhwati Fillahi Rahimakumullah
Seorang mukmin hendaknya memahami bahwa Allah memiliki sifat cemburu. Dia tidak
ingin disekutukan dengan suatu apapun, dan tidak ingin ada yang lebih diutamakan oleh
seorang hamba dari-Nya.
Jika kita saja sebagai manusia takut kecemburuan pasangan kita, yang kita khawatiri dia
akan marah mengetahui jika kita Na’uzhubillah menduakannya, atau kita takut kecemburuan
atasan kita (bos kita) yang kita khawatiri akan marah melihat kita malas-malasan dalam
bekerja, Lantas bagaimana kita berani bermalas-malasan saat beribadah kepada Allah SWT
Tuhan semesta alam, bagaimana kita berani menduakanNya, mendurhakaiNya, tidak taat
kepadaNya? Padahal ketika Allah telah marah dan murka, Dia Maha Berkuasa untuk berbuat
apapun yang dikehendaki olehNya. Wal’iyazhubillah.
Ikhwani wa Akhwati Fillahi Rahimakumullah
Maka pengetahuan terhadap ghirah, rasa cemburunya Allah terhadap kemaksiatan yang
dilakukan oleh hambaNya akan menjadikan orang mukmin takut untuk berbuat apa yang
diharamkan Allah mekipun dalam keadaan sendirian. Sebab di manapun dan kapanpun
kemaksiatan itu dilakukan, bahkan secara sembunyi-sembunyi pun, maka ketauhilah bahwa
bagi Allah itu adalah maksiat terang-terangan di hadapanNya. Karena tiada satupun yang
tersembunyi dari pengawasan Allah, sungguh Dia Maha Mengetahui baik yang terang
maupun tersembunyi.
Bagaimana seseorang itu berani berzina ketika ingat akan kecemburuan Allah. Takkan
pula seseorang nekat menjamah yang haram karena takut akan kecemburuan Tuhannya.
Karena ia tahu, ketika ia membuat Allah cemburu itu artinya mengundang kemurkaan Allah
SWT terhadapnya. Bisa saja Allah mencabut semua ni’mat seketika, dan alangkah mudah
bagi Allah untuk membalikkan keadaan seseorang dalam sekejap mata.
Maka Ikhwani wa Akhwati Fillahi Rahimakumullah oleh karenanya, hendaknya kita
lebih berhati-hati lagi dalam beramal karena Allah Maha Melihat Maha Mengetahui lagi
Maha Mengawasi atas setiap apa yang kita kerjakan. Hendaknya kita sadar apabila Allah itu
sudah cemburu maka celakalah seseorang yang membuatNya telah cemburu itu. Dan kita
tanamkan rasa muraqabah yaitu selalu merasa diawasi oleh Allah, sehingga apa yang kita
kerjakan itu adalah apa yang diperintahkan dan dihalalkan oleh Allah serta kita menjauhi apa
yang dilarangan dan diharamkanNya, itulah Taqwa.
Mudah-mudahan yang sedikit ini bisa menjadi manfaat dan barakah bagi kami
khususnya, dan bagi Ikhwani wa Akhwati Fillah sekalian… Aamiin.
أقول قولي هذا، وأستغفرالله لي ولكم
والسلام عليكم ورحمة الله وبركاته
Naskah disusun oleh Auzia Difa Mubarak
Image Source: unsplash